Cara Mengatasi Kerusakan Lingkungan
Masalah lingkungan hidup memang
bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab
seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan orang
untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup. Seperti dengan
diselenggarakannya KTT Bumi, Protokol Kiyoto, dlsb. Bahkan beberapa negara yang
masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha mengurangi efek rumah kaca
dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara ekonomis sangat kompetitif
bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau batubara. Hanya sebenarnya
gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan
dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Disamping itu pun gas alam juga
menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang kesemua itu dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Dalam makalah ini akan membahas tentang
masalah kerusakan lingkungan hidup di bumi, khususnya di Indonesia, berikut
upaya penanggulangannya dan upaya terhapap pembangunan berkelanjutan.
Para peneliti percaya kalau
planet-planet dalam di Tata Surya Merkurius, Venus, Bumi dan Mars sebenarnya
mulai terbentuk 10.000 tahun setelah pembakaran nuklir di Matahari.
Jika kita menelusuri masa lampau, di masa awal kehidupannya, Matahari
dikelilingi oleh awan debu dan gas. Materi-materi ini kemudian secara perlahan
berkelompok dalam kumpulan-kumpulan yang lebih besar. Kemungkinan berikut yang
terjadi, materi-materi yang ada cukup terkonsentrasi dalam empat kelompok yang
kemudian membentuk planet dalam di Tata Surya. Nah, dalam selang waktu 10 juta
tahun Bumi sudah mencapai sekitar 64% dari ukurannya saat ini dan bahkan
menjadi planet yang secara dominan telah terbentuk pada jarak 93 juta mil dari
Matahari. Sementara itu orbit Merkurius dan Venus berada lebih dekat dengan
Matahari.
Sedangkan Mars berada lebih jauh dari Matahari. Peristiwa paling akhir yang
kemungkinan terjadi dalam proses pembentukan Bumi adalah tabrakan dengan objek
berukuran Mars. Tabrakan inilah yang menambahkan jutaan ton materi ke Bumi.
Namun bukan itu saja, sebagian materi lainnya juga tersebar didalam orbit Bumi
dan pada akhirnya berevolusi membentuk Bulan. Tabrakan besar ini diperkirakan
terjadi 30 juta tahun setelah kelahiran Matahari. Padahal dalam analisis isotop
kimia pada kerak Bumi sebelumnya diperkirakan Bumi baru terbentuk sekitar 50
juta tahun setelah Matahari terbentuk.
Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup
di IndonesiaIndonesia memiliki 10 persen hutan
tropis dunia yang masih tersisa.Hutan Indonesia memiliki 12 persen dari jumlah
spesies binatang menyusui/ mamalia, pemilik 16 persen spesies binatang reptil
dan ampibi. 1.519 spesies burung dan 25 persen dari spesies ikan dunia.
Sebagian diantaranya adalah endemic (hanya dapat ditemui di daerah tersebut).
Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia
yang tidak terkendali selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan
hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997
tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi
3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat
dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan
hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan
lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan.
[Badan Planologi Dephut, 2003].
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar
kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik
bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga
pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia
dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85 persen dari
bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan
kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].
Kekurangan peraturan formal yang mengatur hak-hak pemilikan umum dan swasta
menyebabkan penggunaan api sebagai senjata dalam konflik-konflik kepemilikan
lahan. Api juga digunakan oleh para pemilik lahan kecil untuk membersihkan
lahan untuk menanam tanaman pangan dan industri, oleh para transmigran, oleh
para peladang berpindah dan oleh para pemburu dan nelayan. Deforestasi dan
degradasi hutan alam menyediakan sisa-sisa kayu yang mudah terbakar dan
menciptakan bentang-darat yang lebih rentan api.
Peristiwa Kerusakan Alam di
Indonesia
1. Terjadi secara alamiah antara lain:
a. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal,
di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), adanya gerakan-gerakan
di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan tegak yang mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur
diastropik. (pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan), maupun karena
gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas
gempa menggunakan seismograf, namun manusia sama sekali tidak dapat
memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan
dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa
peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang
pasang).
b. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang
menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan
lain-lain
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi
menuju ke kawasan bertekanan rendah.
Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok.
Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik
merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California,
Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan
merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan
tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di
Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan
keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan
kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan karena
Faktor Manusia
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran
udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan
air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan
hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
Upaya Penaggulangan Kerusakan
Lingkungan Hidup
1. Memproduksi minyak secara alami
Ada proses bernama themo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan
bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya libah berbasis karbon jika
dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara
alami proses ini membutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperimen yang
sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.
2. Menghilangkan garam dari air laut
PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi milyaran manusia pada
pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama Desalinasi, yakni menhilangkan
kadar garam dan mineral dari air laut
Mungkin cuman itu saja yang dapat
saya sampaikan pada update kali ini dan saya ucapkan bayak terima kasih telah
membaca Kumpulan Cara Mengatasi Kerusakan Lingkungan.
http://blog.ub.ac.id/andimudj/2012/10/08/cara-mengatasi-kerusakan-lingkungan/